Senin, 01 Februari 2016

Perasaan itu muncul kembali



Semua orang mempunyai kisah masa lalu, ada yang pahit, manis, senang, sedih. Begitu pun dengan kehidupan masa laluku yang pahit sehingga masih aku ingat sampai sekarang. Ini adalah pengalamanku ketika SMA, semoga dapat menjadi pelajaran untuk kita semua.
Masa-masa SMA adalah masa terindah bagi remaja sepertiku. Bergaul dengan teman-teman, sibuk dengan kegiatan sekolah, aktif di organisasi. Aku hanya remaja ABG yang masih labil dan masih mencari jati diri. Menyibukkan diri ikut OSIS dan PMR. Aktif di berbagai kegiatan sekolah, menjadi panitia, setiap hari ke sekolah, berangkat pagi pulang sore. Aku dikenal dengan teman-teman sebagai anak yang pendiam, kadang humoris, peduli dengan teman, dan menjadi candaan teman-teman. Entah kenapa aku senang sekali kalo bercanda dengan mereka, diledekin sama teman-teman. Itu yang membuat aku dikenal oleh mereka. Selalu bersemangat ke sekolah karena bisa bertemu dengan teman-teman yang menyenangi aku. Kami saling mengobrol, bercanda, bermain antara laki-laki dan perempuan.
Seragam putih abu-abu dengan kemeja putih lengan pendek dan rok panjang abu-abu selalu aku pakai setiap hari senin sampai rabu, hanya hari Jumat aku memakai kerudung. Aku biarkan rambutku terurai panjang, terkadang kalau panas aku mengikat rambutku dengan koleksi kunciranku. Kadang dikombinasi dengan bando atau jepitan yang lucu-lucu, kalau aku rajin juga kadang mengepang rambut panjangku. Banyak teman-temanku yang cantik dengan rambutnya, tidak sedikit juga yang memakai kerudung. Ahhh aku masih senang dengan rambutku dilihat orang lain. Terkadang teman-teman yang berkerudung di sekolah, mereka di luar malah tidak berkerudung.
Sampai akhirnya ada laki-laki yang membuat aku kagum padanya. Tak ada yang tidak mengenal dia, hampir satu sekolah mengenal dia karena kepintarannya. Itulah yang membuat aku suka. Aku ga tau bedanya suka, sayang, cinta. Yang aku tahu perasaan dag dig dug ketika melihat dia. Sampai sekarang aku dan dia tidak pernah mengobrol langsung maupun sms atau di sosmed. Aku juga tidak tahu dia mengenalku atau tidak. Setiap hari melihat dia di sekolah, tidak membuat aku puas, aku mulai mengintip facebook dan twitternya. Aku menilai dia dengan laki-laki yang sholeh, pintar, mudah bergaul. Sampai-sampai aku memikirkan hal yang aneh, aku ingin punya pacar seperti dia. Tapi tidak mungkin laki-laki seperti dia berpacaran. Mungkin ini hanya hawa nafsuku dan terbawa lingkungan karena teman-temanku banyak yang pacaran. Setiap aku suka dengan laki-laki, tak pernah sekali pun aku berpacaran.
Aku mulai memperbaiki diri, rajin belajar supaya bisa sepintar dia. Ketika sholat di mushola, aku sering melihat dia diam-diam. Wajahnya selalu terbayang dipikiranku, aku ingin seperti dia. Hanya beberapa teman-temanku yang tahu kalau aku jatuh cinta dengan dia. Aku dinasihati “Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik”. Laki-laki yang baik seperti dia apa pantas mendapatkan aku seperti ini. Hingga akhirnya aku mulai merubah sikapku, aku mulai memakai jilbab walaupun hanya hari Rabu dan Jumat. Entah kenapa aku merasa adem melindungi rambutku ini. Aku memakai jilbab ini niat hanya karena dia, sebelum aku tahu manfaat jilbab ini.
Kelulusan SMA tidak hanya membuat aku bangga, saat itulah terakhir aku melihat wajahnya. Yang aku tahu dia melanjutkan pendidikannya di luar kota. Aku tidak mau tenggelam dengan kesedihan ini. Aku harus menyibukkan diri lagi dan terus memperbaiki diri. Aku mulai mengenakan jilbabku ketika masuk kuliah. Dorongan teman-teman yang memantapkan aku untuk terus berjilbab. Sampai aku menemukan lingkungan yang selama ini aku cari. Pengalaman aku di OSIS membuat aku ikut UKM di kampus. Disinilah aku bertemu dengan teman-teman yang selalu mengingatkan aku dalam kebaikan. Aku mulai mengikuti kegiatan-kegiatan bermanfaat, menjadi panitia dalam event islami, ikut mentoring. Di mentoring ini aku tahu semuanya yang selama ini aku tidak tahu. Belajar mengaji, diskusi tentang agama, sharing session. Sampai akhirnya aku sadar, pakaian yang aku kenakan ini masih salah, aku mulai meninggalkan celana ketatku dengan rok panjang. Walaupun terkadang jilbab dan bajuku masih kurang pantas. Tapi aku masih terus memperbaiki diri karena semua butuh proses. Aku mulai berniat melakukan semua ini karena Allah.
Organisasi ini berbeda dengan yang lain, disini laki-laki dan perempuan atau disebut ikhwan dan akhwat dibatasi dalam berkomunikasi. Aku hanya perempuan biasa yang masih mempunyai perasaan dengan lawan jenis. Mulailah perasaan itu muncul ketika mendengar seorang ikhwan yang indah sekali melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Baru akhir-akhir ini aku mengenal dia karena kami menjadi panitia dalam satu event. Kami saling berkomunikasi hanya sebatas pembicaraan yang penting. Terkadang setan menggangu kami, ada saja candaan atau obrolan yang membuat aku ketawa sendiri melihat hp. Disitulah virus merah jambu muncul, ilmu agama yang aku miliki belum mampu menangkalnya. Aku malah lupa siapa seseorang yang aku sukai ketika SMA. Dengan berbagai kata-kata motivasi dan nasihat dari teman-teman, membuat aku sadar kembali. Aku mulai menghilangkan kebiasaan itu, candaan dari dia pun tidak aku hiraukan. Aku berkomunikasi hanya untuk yang penting saja.
Aku tidak tahu siapakah calon imamku nanti. Siapa namamu ? Dimanakah kamu ? Sedang apa kamu ? Yang terpenting bagiku sekarang, harus terus memperbaiki diri untuk mendapatkan jodoh yang lebih baik. Aku yakin Allah telah mempersiapkan semuanya sesuai yang aku lakukan. Aku berkomitmen “No Khalwat Until Akad”. Selama 20 tahun aku tidak berpacaran hingga dia datang di waktu yang indah itu tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar