Semua orang mempunyai kisah masa lalu, ada
yang pahit, manis, senang, sedih. Begitu pun dengan kehidupan masa laluku yang
pahit sehingga masih aku ingat sampai sekarang. Ini adalah pengalamanku ketika
SMA, semoga dapat menjadi pelajaran untuk kita semua.
Masa-masa SMA adalah masa terindah bagi
remaja sepertiku. Bergaul dengan teman-teman, sibuk dengan kegiatan sekolah,
aktif di organisasi. Aku hanya remaja ABG yang masih labil dan masih mencari
jati diri. Menyibukkan diri ikut OSIS dan PMR. Aktif di berbagai kegiatan
sekolah, menjadi panitia, setiap hari ke sekolah, berangkat pagi pulang sore.
Aku dikenal dengan teman-teman sebagai anak yang pendiam, kadang humoris,
peduli dengan teman, dan menjadi candaan teman-teman. Entah kenapa aku senang
sekali kalo bercanda dengan mereka, diledekin sama teman-teman. Itu yang
membuat aku dikenal oleh mereka. Selalu bersemangat ke sekolah karena bisa
bertemu dengan teman-teman yang menyenangi aku. Kami saling mengobrol,
bercanda, bermain antara laki-laki dan perempuan.
Seragam putih abu-abu dengan kemeja putih
lengan pendek dan rok panjang abu-abu selalu aku pakai setiap hari senin sampai
rabu, hanya hari Jumat aku memakai kerudung. Aku biarkan rambutku terurai
panjang, terkadang kalau panas aku mengikat rambutku dengan koleksi kunciranku.
Kadang dikombinasi dengan bando atau jepitan yang lucu-lucu, kalau aku rajin
juga kadang mengepang rambut panjangku. Banyak teman-temanku yang cantik dengan
rambutnya, tidak sedikit juga yang memakai kerudung. Ahhh aku masih senang
dengan rambutku dilihat orang lain. Terkadang teman-teman yang berkerudung di
sekolah, mereka di luar malah tidak berkerudung.
Sampai akhirnya ada laki-laki yang membuat
aku kagum padanya. Tak ada yang tidak mengenal dia, hampir satu sekolah
mengenal dia karena kepintarannya. Itulah yang membuat aku suka. Aku ga tau
bedanya suka, sayang, cinta. Yang aku tahu perasaan dag dig dug ketika melihat
dia. Sampai sekarang aku dan dia tidak pernah mengobrol langsung maupun sms
atau di sosmed. Aku juga tidak tahu dia mengenalku atau tidak. Setiap hari
melihat dia di sekolah, tidak membuat aku puas, aku mulai mengintip facebook
dan twitternya. Aku menilai dia dengan laki-laki yang sholeh, pintar, mudah
bergaul. Sampai-sampai aku memikirkan hal yang aneh, aku ingin punya pacar
seperti dia. Tapi tidak mungkin laki-laki seperti dia berpacaran. Mungkin ini
hanya hawa nafsuku dan terbawa lingkungan karena teman-temanku banyak yang
pacaran. Setiap aku suka dengan laki-laki, tak pernah sekali pun aku
berpacaran.
Aku mulai memperbaiki diri, rajin belajar
supaya bisa sepintar dia. Ketika sholat di mushola, aku sering melihat dia
diam-diam. Wajahnya selalu terbayang dipikiranku, aku ingin seperti dia. Hanya
beberapa teman-temanku yang tahu kalau aku jatuh cinta dengan dia. Aku dinasihati
“Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik”. Laki-laki yang baik seperti
dia apa pantas mendapatkan aku seperti ini. Hingga akhirnya aku mulai merubah
sikapku, aku mulai memakai jilbab walaupun hanya hari Rabu dan Jumat. Entah
kenapa aku merasa adem melindungi rambutku ini. Aku memakai jilbab ini niat
hanya karena dia, sebelum aku tahu manfaat jilbab ini.
Kelulusan SMA tidak hanya membuat aku
bangga, saat itulah terakhir aku melihat wajahnya. Yang aku tahu dia
melanjutkan pendidikannya di luar kota. Aku tidak mau tenggelam dengan
kesedihan ini. Aku harus menyibukkan diri lagi dan terus memperbaiki diri. Aku
mulai mengenakan jilbabku ketika masuk kuliah. Dorongan teman-teman yang
memantapkan aku untuk terus berjilbab. Sampai aku menemukan lingkungan yang
selama ini aku cari. Pengalaman aku di OSIS membuat aku ikut UKM di kampus.
Disinilah aku bertemu dengan teman-teman yang selalu mengingatkan aku dalam
kebaikan. Aku mulai mengikuti kegiatan-kegiatan bermanfaat, menjadi panitia
dalam event islami, ikut mentoring. Di mentoring ini aku tahu semuanya yang
selama ini aku tidak tahu. Belajar mengaji, diskusi tentang agama, sharing
session. Sampai akhirnya aku sadar, pakaian yang aku kenakan ini masih salah,
aku mulai meninggalkan celana ketatku dengan rok panjang. Walaupun terkadang
jilbab dan bajuku masih kurang pantas. Tapi aku masih terus memperbaiki diri
karena semua butuh proses. Aku mulai berniat melakukan semua ini karena Allah.
Organisasi ini berbeda dengan yang lain,
disini laki-laki dan perempuan atau disebut ikhwan dan akhwat dibatasi dalam
berkomunikasi. Aku hanya perempuan biasa yang masih mempunyai perasaan dengan
lawan jenis. Mulailah perasaan itu muncul ketika mendengar seorang ikhwan yang
indah sekali melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Baru akhir-akhir ini aku mengenal
dia karena kami menjadi panitia dalam satu event. Kami saling berkomunikasi
hanya sebatas pembicaraan yang penting. Terkadang setan menggangu kami, ada
saja candaan atau obrolan yang membuat aku ketawa sendiri melihat hp. Disitulah
virus merah jambu muncul, ilmu agama yang aku miliki belum mampu menangkalnya.
Aku malah lupa siapa seseorang yang aku sukai ketika SMA. Dengan berbagai
kata-kata motivasi dan nasihat dari teman-teman, membuat aku sadar kembali. Aku
mulai menghilangkan kebiasaan itu, candaan dari dia pun tidak aku hiraukan. Aku
berkomunikasi hanya untuk yang penting saja.
Aku tidak tahu siapakah calon imamku nanti.
Siapa namamu ? Dimanakah kamu ? Sedang apa kamu ? Yang terpenting bagiku
sekarang, harus terus memperbaiki diri untuk mendapatkan jodoh yang lebih baik.
Aku yakin Allah telah mempersiapkan semuanya sesuai yang aku lakukan. Aku
berkomitmen “No Khalwat Until Akad”. Selama 20 tahun aku tidak berpacaran
hingga dia datang di waktu yang indah itu tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar